Jasmine Mutia Salsabila
(Alumni SDN Muktiharjo Kidul 01 Th. 2012)
Remaja Indonesia yang Memukau Dunia
Penulis : Riana Afifah | Selasa, 2
April 2013 | 03:25 WIB
Jasmine
Mutia Salsabila (13) bersama dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad
Nuh di depan rumahnya di Semarang, Jawa Tengah.
SEMARANG,
KOMPAS.com — Tak pernah terbayang di benak
gadis berusia 13 tahun ini berpidato langsung di depan Presiden Republik
Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono dan di hadapan khalayak internasional pada
kegiatan Millenium Development Goals (MDGs) di Bali pada akhir Maret lalu.
Penampilan
gadis bernama lengkap Jasmine Mutia Salsabila pada malam itu mampu membuat
orang nomor satu Indonesia tersebut terpukau menatap kemahirannya menyampaikan
masalah kemiskinan dalam bahasa Inggris tanpa gugup di hadapan delegasi
internasional.
"Ya pasti grogi awalnya tapi setelah mulai bicara
semuanya berjalan saja karena kan niatnya memang ingin membantu anak-anak
miskin," ujar Jasmine saat dijumpai di rumahnya di Semarang, Sabtu
(30/3/2013).
Masalah
kemiskinan biasanya dinilai sebagai topik yang terlalu berat untuk anak seusia
Jasmine. Namun, bagi gadis yang kini duduk di bangku kelas VII SMP Negeri 2
Semarang ini, hal itu justru penting untuk dibicarakan oleh banyak kalangan,
termasuk anak-anak seusianya agar segera menemukan solusi.
"Kemiskinan
terjadi karena adanya kesenjangan sosial akibat ketidakadilan dan banyaknya
bantuan dari pemerintah yang disalahgunakan oknum," ungkap Jasmine.
"Untuk
mengatasi kemiskinan juga harus dimulai dari masyarakat sendiri. Terutama bagi
si miskin, ya harus bekerja keras dan berusaha mendapatkan pendidikan dan terus
kreatif," imbuhnya.
Kondisi
ekonomi yang kurang mencukupi sebenarnya cukup akrab dengan Jasmine. Sejak usia
dua tahun, ayahnya meninggal dunia karena serangan jantung dan empat tahun
kemudian ibundanya juga meninggal dunia.
Selanjutnya,
Jasmine tinggal bersama neneknya dan harus hidup seadanya. Meski hidup dalam
kondisi pas-pasan, ia tak mau menyerah dan bertekad mengubah nasib dengan
belajar keras.
Usaha
dan kerja kerasnya berbuah manis. Sejak duduk di bangku taman kanak-kanak (TK),
Jasmine terus mengukir prestasi.
Bahkan
sejak bangku SD (Muktiharjo
Kidul 01) hingga saat ini ia selalu berhasil
menyabet peringkat pertama di sekolah.
"Alhamdulillah
ranking satu terus. Jadi sekarang bisa sekolah benar-benar gratis,"
ujar anak bungsu dari dua bersaudara tersebut.
Kemampuan
bahasa Inggrisnya yang mumpuni dan ditunjukkan pada saat kegiatan MDGs tersebut
tak lepas dari kerja keras sang nenek yang selalu menemaninya belajar bahasa Inggris.
Sementara
itu, penguasaan isu yang dibahas, selain dari pengalamannya, juga dari mencari
tambahan bahan melalui internet dan menonton berita di televisi.
"Belajar
bahasa Inggrisnya otodidak sama oma. Terus belajar di sekolah juga dan dengerin
lagu," tutur gadis yang mengaku menyukai Bruno Mars dan Katy Perry
ini.
Terpilihnya
Jasmine untuk berpidato pada waktu itu tak lepas dari prestasinya yang
membanggakan meski hidup seadanya.
Awalnya,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan meminta tiap-tiap daerah mencari anak
berprestasi. Kemudian saat Pemerintah Kota Semarang mengajukan nama Jasmine,
Kementerian langsung memeriksa dan menyetujuinya.
"Nggak
tau gimana awalnya. Langsung ditunjuk sekolah saja. Setelah itu latihan dan
buat naskah. Naskahnya aku buat sendiri dibantu orang dari kepresidenan,"
pungkas gadis yang bercita-cita menjadi arkeolog ini.
Editor :
Ervan Hardoko